VATICAN CITY – Kampus Inter mengunjungi Kota Vatikan antara tanggal 5 dan 7 Oktober untuk berpartisipasi dalam konferensi Vatikan global pertama tentang Iman dan Olahraga, yang dipimpin oleh Paus Francis dan mempertemukan beberapa nama besar di bidang agama, olahraga, budaya, dan ekonomi.
Tujuan konferensi ini adalah membahas potensi luar biasa olahraga sebagai katalis untuk perdamaian.
Ini merupakan pesan yang dirangkum dengan cantik sekali oleh Paus Francis sendiri: "Olahraga memungkinkan kita membangun budaya pertukaran dan perdamaian dunia. Saya memimpikan olahraga sebagai cara untuk mengajarkan harga diri manusia yang ditransformasikan menjadi kendaraan untuk mencapai persaudaraan."
Hadir pada upacara pembukaan, yang dipimpin oleh Paus Francis, Massimo dan Milly Moratti. Pasangan ini disambut oleh Kardinal Gianfranco Ravasi, presiden Dewan Pontifical untuk Kebudayaan. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon dan presiden IOC Thomas Bach hadir sebagai tamu kehormatan, sementara Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, juga turut hadir.
Setelah Pope Francis, Ban Ki-moon, dan Thomas Bach menyampaikan pidato, acara konferensi di sore hari tanggal 5 Oktober menyuguhkan momen refleksi, musik, dan koreografi secara bergantian, sementara atlet-atlet terkenal dari Italia dan negara-negara lain memperkenalkan enam prinsip inti acara ini: kasih sayang, hormat, kehormatan, inspirasi, keseimbangan, dan kebahagiaan.
Hari-hari berikutnya diisi dengan kegiatan eksplorasi setiap prinsip tersebut dan analisis potensi olahraga, dan Kampus Inter ikut serta dalam serangkaian diskusi meja bundar.
Tim mendapatkan beberapa kesempatan untuk mempresentasikan proyek dan misi Kampus Inter kepada hadirin, yang terdiri atas mantan atlet Olimpiade hingga personel NGO, asosiasi olehraga dan sponsor proyek-proyek sosial, hingga politisi dan pejabat perwakilan asosiasi pemerintah.
Dalam diskusi meja bundar tentang Pengungsi, Massimo Seregni dan Chiara Brambilla bicara tentang pendekatan praktis Kampus Inter dengan menjelaskan bagaimana prakarsa mereka telah berupaya memulihkan hak anak-anak untuk bermain di 29 negara selama 20 tahun. Kedua orang ini menggunakan Israel dan Iran sebagai contoh, di mana Kampus Inter bekerja bersama-sama pengungsi dari Afrika dan Afganistan, untuk menggambarkan pekerjaan yang dilaksanakan dalam proyek tersebut.
Foto-foto disediakan oleh L’Osservatore Romano.
Visita il sito intercampus.inter.it