MILAN – Tidak ada yang pasti di Santiago del Estero. Mereka bertengkar tentang segala hal di kota tertua di Argentina tersebut, termasuk masalah tahun kota itu didirikan, kebanggaan besar bagi penduduk setempat. Sebagian orang mengatakan 1554, dan sebagian lagi bersikeras bahwa pemukiman pertama sudah ada sejak tiga tahun sebelumnya. Perdebatan itu bahkan masih terus berlangsung sampai sekarang setelah hampir 500 tahun.
Dalam suasana ketidakpastian ini, Julio Ricardo Cruz lahir tanggal 10 Oktober 1974. Karut marut kota itu seputar segala macam fakta bahkan melebar hingga nama julukannya, El Jardinero, yang menyertai Cruz sepanjang kariernya di sepak bola. Tidak ada yang mengetahui siapa wartawan pertama yang menciptakan julukan ini di Argentina: mungkin nama ini diambil dari potensi pekerjaan sebagai tukang kebun di masa muda Cruz, atau barangkali berasal dari perawatan yang dia lakukan sendiri pada lapangan di Club Atletico Banfield di dekat Buenos Aires, tempat dia ditransfer sebagai pemain muda untuk mengejar impian. Walaupun latar belakang nama julukannya akan tetap berselubung misteri, satu hal yang kita ketahui adalah bahwa Banfield Cruz kemudian menjadi lebih dari sekadar pemain sepak bola. Dia adalah profesional teladan, sebuah kelebihan yang dituntut oleh pelatihnya di Banfield, Oscar Lopez, dari setiap anak yang ingin mengenakan kostum bersejarah di sana.
Lopez menempanya, mengilhaminya, dan kadang-kadang mengurasnya. "Dia adalah orang yang memberi debut saya di liga teratas Argentina, dan saat latihan dia memaksa saya bermain di semua posisi kecuali penyerang," ungkap Cruz bertahun-tahun kemudian dalam sebuah wawancara dengan Gazzetta dello Sport. "Menurutnya ini satu-satunya cara kami mencari jalan keluar pada situasi sulit, dan untuk memahami kesulitan yang dihadapi rekan-rekan setim kami di daerah lain di lapangan."
Periode itu tidak mudah bagi El Jardinero, yang didorong ke sayap dan sering juga bermain di pertahanan. Meskipun demikian, selama masa itu Cruz menyerap nilai pengorbanan dan mulai berempati dengan rekan-rekannya satu tim, yang saat itu termasuk pemain full back bernama Javier Zanetti, kaptennya kelak di Inter.
Kerendahan hati dan kesederhanaan, keunggulan yang akan kembali diperlihatkan oleh pemuda dari Santiago del Estero ini di River Plate beberapa tahun kemudian, sebuah klub yang juga dibelanya dengan bangga. "Saya bisa mengagumi Enzo Francescoli dari jarak dekat," kenang Cruz. "Dia adalah anutan bagi karier saya, seorang bintang sejati yang juga mampu bekerja keras."
Cruz membawa pelajaran dari Lopez dan Francescoli bersamanya ke langkah besar berikutnya dalam kariernya saat dia pindah ke Eropa. Feyenoord di Belanda adalah klub pertama yang menyambutnya, dan tiga musim kemudian dia pindah ke Bologna di Italia, dan dia langsung menunjukkan taringnya di sana. Seringkali diturunkan sebagai striker tunggal, kerja kerasnya untuk rekan-rekannya satu tim serta penampilannya yang meyakinkan sanggup memukau para penonton di Stadio Renato Dall'Ara. Dia bertahan bersama Rossoblu selama tiga tahun, sebelum akhirnya Inter meminangnya tahun 2003.
Salah satu penampilannya saat baru bergabung dengan Nerazzurri langsung membuat fans jatuh hati. Inter sudah sepuluh tahun tidak mampu meraih kemenangan di kandang Juventus di liga, namun malam hari di bulan November itu tidak terlupakan saat Cruz membantu Inter menang 3-1 dengan kontribusinya melalui tendangan bebas akurat dan satu gol lewat serangan balik. Sebuah awal yang sempurna baginya di Milan.
Pemain Argentina bertubuh besar ini tidak selalu jadi pilihan pertama selama enam tahun di klub, tapi dia selalu dikenal karena profesionalisme dan dedikasinya, baik selama masa-masa sulit maupun tahun-tahun kejayaan di bawah Roberto Mancini. Satu kejadian khusus, manajer Italia ini memanggilnya dari bangku cadangan saat Derby di Milano pada musim 2006/07. Cruz masuk dan langsung menyamakan kedudukan sesaat kemudian, kemudian melengkapi penampilan gemilangnya dengan memberi umpan matang kepada Zlatan Ibrahimovic untuk memastikan kemenangan.
Sore itu menyempurnakan Cruz sebagai seorang pesepakbola dan betapa berartinya dia bagi rekan-rekannya satu tim: tidak peduli Anda berada di lapangan selama sepuluh, 15, atau 90 menit; yang membuat perbedaan adalah kemampuan Anda untuk bekerja keras untuk rekan-rekan di sekitar Anda.
Salah satu misteri yang datang dari Santiago del Estero, El Jardinero memberikan satu kepastian yang tidak bisa dibantah: pendukung Nerazzurri selalu bisa mengandalkannya.
Bruno Bottaro