MARCO BENASSI, KAPTEN TORINO YANG TUMBUH DI INTER

Gelandang 22 tahun ini kembali ke San Siro, kali ini sebagai lawan. MondoFutbol.com menelusuri awal kariernya bersama Nerazzurri

MILAN – Menjadi kapten klub Italia legendaris seperti Torino adalah sebuah kehormatan yang tidak diperoleh banyak orang. Ban kapten yang dulu pernah menghiasi lengan kiri Valentino Mazzola, Giorgio Ferrini, dan Cesare Martin – antara lain – sekarang jadi milik Marco Benassi. Sebagaimana biasanya dengan Marcom, tidak ada sorak sorai yang mengelu-elukan pemain muda ini; hanya kerendahan hati dan pengabdian penuh.

Kenyataannya, semua kualitas inilah yang mendorong Modena dan kemudian Inter untuk melamarnya di tahun 2011, berkat kejelian kepala bagian sepak bola muda di klub, Roberto Samaden.

Begitu bergabung dengan akademi muda Nerazzurri, pemain muda ini masuk Allievi Nazionali sebelum dengan cepat naik ke tim Berretti yang saat itu dilatih oleh Sergio Zanetti, adik kandung Javier. Marco mengagumi kemauan keras yang senantiasa diperlihatkan kapten terkenal Inter tersebut di lapangan, ban kapten di satu lengan, bendera di lengan satunya.

Gerakan cepat Benassi melintasi lapangan, kecepatan berpikir, dan kemauannya untuk mengoper dan bergerak adalah kualitasnya yang menonjol sebagai pemain akademi, yang semuanya mulai tampak saat mengenakan kostum Nerazzurri. Talenta klub untuk menggali dan mengembangkan bakat-bakat masa depan sejalan dengan hasrat membara Marco untuk membawa kariernya ke arah kesuksesan.

Sang gelandang, yang tumbuh di pinggir kota Modena, dari dulu merupakan anak yang santun. Ketika berbicara tentang tahun-tahun pertamanya di klub setempat, dia pernah mengatakan: "Saya harus berterima kasih kepada Modena – mereka sangat berjasa bagi perkembangan saya."

Benassi harus berjuang untuk mengangkat karier sepak bolanya, semata-mata karena ibunya tidak memberinya kebebasan untuk menekuni olahraga yang dia sukai – termasuk senam irama – asalkan bukan sepak bola.

Tapi Ibu Benassi hanya memperlihatkan naluri melindungi yang dimiliki oleh semua ibu, dan ini mengakibatkan semua anak laki-laki malu. Benassi pernah kehabisan kesabaran menghadapi ibunya menyusul pujian sang ibu pada Andrea Stramaccioni di akhir sesi latihan Primavera, karena khawatir sikap sang ibu akan dinilai sebagai tindakan menjilat.

Benassi seharusnya tidak khawatir. Stramaccioni sudah tahu bahwa gelandang pemalu dengan tinggi badan 182 cm tersebut – sama rapinya saat bermain di lapangan dengan penampilannya – memenuhi semua syarat untuk menjadi pesepakbola.

Dan memang, sang pelatih Primavera tersebut membajak Benassi dari skuat Berretti supaya bisa bekerja dengannya bersama teman akrabnya Simone Pasa, Ibrahima Mbaye, dan Niccolo Belloni (yang sekarang dipinjamkan ke Avellino dan menikmati awal musim yang sangat menjanjikan). Keempat pemuda ini menjadi bagian dari skuat yang memenangkan seri NextGen 2012/13 – cikal bakal dari Liga Muda UEFA sekarang.

Stramaccioni adalah orang yang memberi kesempatan pada Benassi untuk tampil debut di Inter. Meskipun baru berusia 18 tahun, pemuda ini sudah berkembang menjadi seorang gelandang yang mampu memberikan perlindungan vital bagi keempat bek sambil tetap membantu membangun serangan. 

Benassi sudah menjadi pemain dengan visi yang mengagumkan dan kejelian untuk mencetak gol, serta tentu saja kemampuan untuk menyusup ke kotak penalti pada saat yang tepat untuk menyelesaikan umpan matang. Semua kualitas ini diperlihatkannya ketika mencetak gol senior perdananya melawan Cluj di Liga Europa tanggal 21 Februari 2013. Antonio Cassano melepaskan umpan lambung cantik melewati pertahanan lawan ke posisi Benassi yang tinggal menceploskan bola melewati kiper Cluj dan meneruskan larinya untuk merayakan dengan gembira.

Ini semua terasa sudah lama sekali, namun Benassi baru berusia 22 tahun. Meskipun masih relatif muda, Benassi sudah membuktikan bahwa dia sanggup memikul beban saat mengenakan ban kapten di Torino dan juga di level U21 untuk Italia. Tidak banyak yang meragukan bahwa sebentar lagi dia akan masuk tim nasional senior.

Jalan menuju kemasyhuran sepak bola sangat rumit, tapi sejauh ini satu hal sudah jelas: Benassi berada di jalur yang tepat untuk menjadi pesepakbola papan atas, dan tim di Centro Sportivo Giacinto Fachetti telah membantu menggali satu lagi bakat terpendam.

Aniello Luciano


 English version  日本語版  Versione Italiana 

Muat lebih banyak