MILAN – Youri Djorkaeff sering digambarkan memainkan "peran tak jelas di lapangan dan menguasai bola dengan luar biasa."
Ada satu momen spesial dari bintang Prancis ini yang masih teringat dalam kenangan para fans Inter dimana-mana: tendangan guntingnya ke gawang Roma pada 5 Januari 1997, foto yang kemudian dicetak di tiket musiman untuk musim berikutnya.
Djorkaeff duduk mengingat perjalanan mengenang masa itu bersama dengan Alessandro Villa, dalam sebuah acara di Inter Channel yang disiarkan langsung malam tadi pukul 21:00 CET (Selasa dinihari 03:00 WIB).
Berikut ringkasan dari wawancara lengkap dengan mantan bintang timnas Les Blues tersebut.
Kenangan pertamanya dari Inter adalah Derby Milan, menonton dari tribun: "Jurgen Klinsmann, yang bermain denganku di AS Monaco dan saat itu pindah dari Inter, mengajakku menonton derby. Fantastis."
"San Siro merupakan stadion sepakbola yang tepat. Semua foto yang kami lihat dari luar negeri tentang stadion-stadion di Italia adalah adanya trek lari. San Siro itu beda: katedral sepakbola."
Youri hijrah ke Nerazzurri sesudah satu tahun di Paris Saint-Germain: "Ayahku menjadi kapten pertama di klub. Saya selalu merasa seperti warga dunia, namun saya meyakinkan diri bahwa saya punya akar kuat di kota manapun dimana saya menemukan diriku sendiri."
"Pada saat tiba di suatu tempat, saya mempelajari sejarahnya, mengambil hal-hal baik, menghormati tradisi dan mendengar sebelum membuka mulutku."
Djorkaeff bergabung dengan Inter selama musim 1996/97 dan pada 5 Januari menghadapi Roma, ia mencetak sebuah gol yang bukan hanya masuk catatan sejarah Inter, melainkan juga catatan sejarah Serie A secara umum: "Gol itu penting bagi fans Inter dimana-mana karena itu gol yang masih dimainkan di seluruh dunia dan Anda dapat melihat San Siro, seragam Inter, Curva Nord dan rekan-rekan setim."
"Ada foto gol tersebut pada tiket musiman di musim berikutnya (1997/98). Saya tak butuh paspor ketika datang ke Italia, saya hanya mengeluarkan tiket musiman itu."
Selama tiga tahun berkarir di Inter, bintang asal Prancis itu menulis halamannya dalam sejarah Derby della Madonnina: "Mata dunia tertuju ke Milan, saya selalu menyukai derby. Saya suka menaiki bis dari Appiano Gentile ke stadion, melihat seluruh lalu lintas dan banyak orang di sekitar."
Di tim Inter, termasuk Gigi Simoni dan Youri Djorkaeff menyambut pemain terbaik dunia, Ronaldo, di musim panas 1997: "Sebelum Inter membelinya, kami membicarakan soal itu dengan Massimo Moratti. Beliau datang ke Appiano Gentile dan bilang kepadaku ada kemungkinan dirinya bisa membeli Ronaldo, tapi beliau mau meminta pandanganku. Saya katakan kepadanya: 'Segera beli pemain itu. Dia akan membawa kita ke level yang baru, kita membutuhkan pemain sebagus ini'."
Dalam sepekan, menampiIkan dua gol sundulan ke Juventus – pertama, di Turin pada Minggu 28 Februari dalam ajang liga, kemudian di San Siro pada 2 Maret dalam leg kedua semifinal Coppa Italia – dua gol memang tidak dapat membantu, tapi ingatlah partai kandang melawan Bianconeri pada 4 Januari 1998. Pemain Nerazzurri bernomor punggung 6 menjadi penentu kemenangan di awal babak kedua pada kesempatan itu.
"Untuk satu kali dalam hidupku, saya berlari lebih cepat dibanding Ronaldo! Saat mendapati bola di kakinya, Anda tak bisa menjaga dengannya. Saya melihat ia berlari dan mampu memasukkannya ke tiang jauh. Tidak gampang menaklukkan tim Juventus kala itu, mereka tim hebat namun kami mengalahkan mereka di lapangan."
Jadwal berikutnya musim itu dimainkan pada 28 April: "Apa yang kami bisa katakan mengenai pertandingan tersebut? Ada sesuatu yang tidak benar tentang sepakbola Italia saat itu."
"Kami kehilangan Scudetto pada 1998, namun kemudian Inter meraih banyak karena segala hal berubah."
Djorkaeff mengucapkan salam perpisahan kepada Inter di musim panas 1999: "Marcello Lippi datang ke Inter dan saya segera menyadari bahwa akan ada hal yang tidak baik. Saya memilih melangkah lebih dulu untuk tidak membuat masalah apapun, sehingga saya hengkang."
"Saya menerima tawaran besar dari sejumlah klub Italia, tapi bagiku hanya ada satu tim di Italia. Itu adalah Inter, bukan yang lain."
Karir gemilang Djorkaeff juga tercipta saat dirinya menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000, ketika Prancis menjadi tim nasional pertama dalam sejarah yang mengangkat trofi juara dunia dan juara Eropa secara beruntun.
Tim nasional Prancis yang hebat terdiri dari Lillian Thuram, Marcel Desailly, Zinedine Zidane, Youri Djorkaeff dan Bixente Lizarazu, yang turut disanjung masing-masing dari Guadalupe, Ghana, Algeria, Armenia dan Basque Country.
"Prancis merupakan negara yang ramah. Keindahan olahraga itu bahwa olahraga menunjukkan dirinya sebagai politisi yang bisa berfungsi ketika banyak prang bekerjasama dengan baik. Kami berbicara bahasa yang beragam, memakan makanan yang berbeda, datang dari kultur yang tidak sama, tapi di lapangan kami bermain untuk satu seragam. Satu seragam mengikat kami semua, seragam Prancis."
Pernyataan dari seorang legenda Nerazzurri seperti Youri Djorkaeff tanpa ragu akan berguna bagi generasi baru skuat Inter: "Memakai seragam Inter itu tidak gampang, Anda harus mengerti sejarah. Anda harus mencerna itu dan mengenakan seragam dengan kerendahan hati. Kalau Anda tak mempunyai itu, Anda mungkin bisa tampil bagus untuk satu atau dua pertandingan – jika beruntung, bisa untuk tiga laga – tapi tidak untuk sepanjang musim."