MILAN – "Saya puas sekali kembali ke sini, karena kecintaan saya pada Inter dan kenangan yang kuterima di masa lalu," kata Roberto Mancini mengawali pembicaraan, ketika dia duduk bersama Roberto Scarpini untuk wawancara eksklusif dengan Inter Channel.
Bagaimana kalau kita memulai wawancara ini dengan mengenang kembali tahun-tahun penuh kejayaan? "Saya masih ingat saat kami menjuarai Copapa Italia, mengalahkan Roma di partai final. Rivalitas kami dengan Giallorossi dalam beberapa hari itu dalam sejarah sepakbola Italia. Lalu, kami membekuk Juventus di Piala Super Italia di Stadio Delle Alpi. Sejak momen itu, tim tidak pernah melihat ke belakang.
"Kami punya beberapa pemain hebat dengan banyak karakter. Sepanjang waktu, kami mengembangkan level kedewasaan yang menakjubkan. Itu semakin terlihat jelas bahwa skuat kami punya kepala dan pundak yang tetap ke atas. Apa pencapaian favorit saya? Baik, saya mengingat itu semua, tidak ada secara khusus. Scudetto yang kami raih di Parma tentu lebih menarik dibanding yang lain karena gelar juara kompetisi ditentukan di pekan terakhir musim liga, namun mereka semua menakjubkan dengan cara mereka sendiri," terang Mancini.
Sehabis memastikan statusnya sebagai manajer sukses bersama Nerazzurri, Mancini meninggalkan Lombardy menuju tim Manchester biru. "Kami punya sumber daya keuangan yang besar, jadi itu mudah!" canda dia. "Tapi serius, kami menghadapi liga yang belum familiar dengan saya. Kami membangun tim juara dalam waktu singkat, jadi itu masalah."
"Kami tampil baik dan punya keberuntungan di sisi kami. Para pemain yang dipilih berusaha menulis kembali buku sejarah Liga Inggris dan Manchester City. Kami akhirnya menjuarai Liga Inggris untuk kali pertama dalam 40 tahun. Itu petualangan yang luar biasa," kenang Mancini.
Setelah Inggris, tentu saja, Mancini pindah ke Turki untuk menangani Galatasaray. "Saya benar-benar menikmati pengalaman di Turki. Saya bertemu beberapa orang yang hebat dan bekerja dengan banyak pemain luar biasa. Kami memenangkan turnamen piala dan meski kami menempati posisi kesembilan ketika saya tiba, kami mampu mengakhiri klasemen di peringkat kedua di liga. Pencapaian itu penting karena kami lolos langsung ke fase grup Liga Champions," tutur pelatih kelahiran 27 November 1964 itu.
"Itu tahun yang positif sekali. Menghabiskan waktu di luar negeri benar-benar membuka pikiran Anda. Di Inggris, contohnya, sepakbola didudukkan bersama tanpa mengenal perbedaan. Itu sumber kebahagiaan luar biasa bagi fans, tak peduli hasil," jelas Mancini.
Perbincangan Mancini dengan Inter Channel kemudian soal Milan dan Inter. Ditanya pemain mana yang pernah memberikan performa terbaik ketika dirinya mengasuh Nerazzurri, Mancini menjawab: "Itu pertanyaan sulit, karena ada banyak nama yang bisa saya sebutkan pada Anda. Tanpa ingin tidak hormat pada semua pemain lainnya, saya memilih Javier Zanetti. Alasannya simpel, karena dia memenangi segalanya di sini. Dia membuat sejarah bersama klub ini. Di bawah kepelatihan saya, dia bermain di beberapa posisi dan selalu mampu dikerjakan, apakah itu sebagai bek kanan/kiri atau gelandang."
Ada juga waktu bagi Mancini untuk refleksi singkat mengenai masa kini dan masa depan klub, ini pandangan beliau: "Sungguh menakjubkan dapat kembali ke sini dan merasakan lagi pengalaman berhubungan dengan para penggemar. Sekarang itu tergantung pada saya untuk membuat skuat mengerti pada ide-ide saya secara cepat sehingga kami dapat kembali merasakan sukses."
"Ada pekerjaan rumah yang mesti dikerjakan, namun kami berada di jalur yang tepat. Posisi ketiga di klasemen akhir? Yang pertama adalah kami perlu yakin kami mampu mencapai itu, simpel saja. Target posisi ketiga itu susah, tapi Anda selalu butuh kepercayaan pada kemampuan diri sendiri. Semua tergantung pada kita untuk mewujudkannya, baik di Serie A maupun di Liga Europa," pungkas Mancini.