MILAN – Sebuah upacara akan diadakan di Palazzo Lombardia malam ini untuk memperingati 50 tahun kemenangan Inter di Piala Eropa tahun 1964. Di Sala Belvedere yang disiapkan secara spektakuler, di lantai paling atas gedung pencakar langit 39 lantai di Piazza Città di Lombardia, Milan, acara tersebut akan dibawakan oleh presiden Regional Lombardy dan penasihat Olah Raga dan Kebudayaan sebagai tuan rumah bagi bintang-bintang Nerazzurri dari musim yang sukses tersebut.
Mario Corso termasuk di antara yang akan hadir malam ini. Menjelang upacara tersebut, dia membuka kembali lembaran sejarah untuk mengenang tahun bersejarah itu dengan kita. Lima puluh tahun mungkin sudah berlalu, namun Mario Corso masih membicarakannya seolah baru terjadi kemarin.
Seperti apa skuat Inter tahun 1963/64?
"Kelompok yang sangat kompak. Sebuah tim
yang memenangi segalanya sejak tahun itu sudah pasti: solid, bersatu, dan
dipenuhi pemain bintang. Kemudian ada presiden Angelo Moratti, yang mampu
mempersatukan semuanya. Di sanalah segalanya berawal."
Mulai dengan Piala Eropa. Mari kita lihat
kembali bagaimana Anda memenangi kompetisi itu.
"Anda harus ingat bahwa saat itu hanya
ada pertandingan sistem gugur. Tidak ada tahap grup atau sejenisnya. Anda harus
menang atau pulang. Kami mulai dengan Everton dan bermain imbang 0-0 di
Liverpool, tapi pertandingan itu memang berat. Melawan tim Inggris juga selalu
mempersulit Anda secara mental. Kemudian kami berbalik menang 1-0."
Kemudian kalian diundi melawan Monaco.
"Leg pertama berakhir 1-0 di Milan,
kemudian leg kedua dimainkan di Marseille karena ada masalah dengan lapangan
Monaco. Kami menang 3-0 lewat dua gol dari Mazzola dan satu gol dari
Suarez."
Babak perempat final diadakan di Belgrade.
"Ya, melawan Partizan: kami unggul 2-0 di
laga itu lewat gol pertama dari Jair dan Mazzola mencetak gol kedua di akhir
laga, tapi sesudah itu terjadi penyerbuan ke lapangan. Semua orang lari dari
lapangan, tapi Picchi dan Guarneri bertahan untuk menghadapi massa. Anda selalu
mengalami suasana yang panas di Belgrade. Jair dan saya mencetak gol di
pertandingan kedua."
Di babak semifinal, Anda ke Jerman dan kembali
mencetak gol.
"Betul, melawan Borussia. Kami
tertinggal, namun mampu kembali bangkit. Semua gol tercipta di babak pertama:
Mazzola mencetak gol pembuka, kemudian Brungs menjaringkan dua gol, dan saya
membalas hingga kedudukan menjadi 2-2. Pertandingan di Milan berlangsung tanpa
perlawanan. Kami ingin melaju ke final, dan itulah yang kami lakukan."
Akhirnya, kemenangan 3-1 melawan Real Madrid.
"Mereka adalah tim yang legendaris,
meskipun saat itu mereka tengah menurun. Mereka punya barisan penyerang yang
luar biasa: Di Stefano, Puskas, dan pemain lainnya. Itu jelas pertandingan yang
sangat melekat di ingatan saya, sedikit lebih istimewa dibanding pertandingan
lainnya. Kemenangan Piala Eropa baru awalnya. Sebagaimana saya katakan, tim
Inter saat itu benar-benar unik."
English version Versión Española 日本語版 Versione Italiana