MILAN – Wesley Benjamin Sneijder lahir tanggal 9 Juni 1984 di Utrecht, tidak jauh dari Amsterdam sebelah selatan. Berasal dari kampung halaman Total Football, sekolah yang didirikan oleh Rinus Michels dan Johan Cruyff atas dasar talenta, kreativitas, dan disiplin yang berlanjut hingga tahun 1980-an bersama Marco van Basten, tidaklah mengejutkan Wes kemudian menjadi salah satu seniman dalam permainan ini, dan salah satu yang paling sukses: tidak ada yang tampil lebih banyak membela Belanda daripada Sneijder (catatan 130 cap yang sama dengan Edwin van der Sar).
Kita langsung maju hampir 26 tahun ke suatu malam di bulan April 2010 ketika kesunyian mencekam menyelimuti Meazza yang penuh sesak dengan penonton. Pedro Rodriguez baru saja membuka keunggulan Barcelona – tim yang oleh banyak orang dianggap sebagai yang terbaik di dunia saat itu. Mungkin demikian sampai malam itu.
Namun Inter besutan Jose Mourinho diisi oleh pemain tangguh – Wes adalah salah satunya. Golnya lebih dari sekadar penyeimbang kedudukan; gol ini adalah bukti nyata bahwa Barcelona adalah tim yang bisa dikalahkan. Kegembiraan pertama dari yang kemudian akan jadi malam bersejarah bagi Nerazzurri, dan mungkin pernyataan sikap terpenting mereka dalam perjalanan menuju treble.
Wes menjadi kunci ini semua dengan assist yang disumbangkannya di semifinal Liga Champions dan satu assist lagi di final, kemudian mengawali gerakan yang berakhir dengan gol kedua Diego Milito di Bernabeu. Stadion yang sama dengan yang menolaknya kurang dari 12 bulan sebelumnya dengan melepasnya ke klub lain.
Wesley Benjamin Sneijder dari Utrecht, yang tumbuh di Ajax, terus melanjutkan hidup tanpa menyia-nyiakan waktu. Hanya beberapa jam sebelum mendarat di Milan, dia memilih kostum Nerazzurri No. 10 dan menampilkan permainan yang sarat dengan kepribadian dan kharisma saat Inter unggul 4-0 di laga derby.
Sneijder membawa kharisma yang sama ke Turki ketika bergabung dengan Galatasaray, di mana dia langsung memikat fans setempat dengan kelihaiannya yang memukau. Dia akan selalu dikenang ketika dia seorang diri menumbangkan rival derby Fenerbahce dengan dua gol jarak jauh mengagumkan di menit-menit akhir.
Beberapa bulan sebelumnya, dia membantai Juventus di Liga Champions ketika tembakan kaki kanannya menyudahi laga yang sudah berlangsung hampir sehari. Wes tidak bisa dihentikan.
Kepergiannya dari Inter di bulan Januari 2013 tidak menghapus musim luar biasa ketika dia ikut membantu Inter menjuarai Coppa Italia, Serie A, dan Liga Champions. Dia sangat cocok dengan formasi 4-2-3-1 Jose Mourinho. Sempurna untuk mewujudkan mimpi. Inilah yang membuat fans Nerazzurri selalu mengingatnya.
Bruno Bottaro