MILAN - Kalau Anda mengambil peta Sardinia dan mencoba menunjuk bagian tengah pulau, jari Anda akan jatuh tidak jauh dari Ovodda. Gianfranco Matteoli lahir di sana tahun 1959 di tengah-tengah barisan pegununganGennargentu, di sebuah kota yang terkenal dengan mural dan warganya yang berusia lebih dari satu abad. Tiga puluh tahun kemudian dia mencatat prestasi di jantung tim Inter pemecah rekor di bawah asuhan Giovanni Trapattoni.
Gianfranco menghabiskan masa kecilnya di daerah pedesaan, membantu ayahnya dan bermain sepak bola di jalan-jalan kecil di Ovodda, bersama satu generasi anak-anak yang bermimpi mengikuti jejak Gigi Riva. Perjalanan dari kota kecil di Sardinia ke sepak bola papan atas terbukti sulit dan berliku, dan Matteoli mengalami sejumlah kendala pada awalnya. Dia mendapat kesempatan untuk membela Cagliari, tapi dilepas oleh Rossoblu pada musim panas 1975 saat baru menjalani dua uji coba. Meskipun demikian, dia memperlihatkan kedewasaan dan memanfaatkan kekecewaan itu sebagai landasan untuk membangun karier. Dia berkemas dan membawa impiannya ke Italia Utara dan Cantu, dengan perjudian yang segera membuahkan hasil.
Seperti halnya banyak pemain muda - juga dalam sekian tahun kemudian - Mino Favini adalah salah satu yang pertama melihat potensi Gianfranco. Memang dia hanya membutuhkan tiga laga di Serie D untuk memutuskan bahwa gelandang ini layak bergabung dengan Como. Matteoli mulai bermain untuk tim Primavera mereka sebelum secara aneh digantikan meskipun bermain bagus di babak pertama di kandang melawan Juventus. Namun kemarahannya hanya bertahan beberapa menit karena Osvaldo Bagnoli mengatakan bahwa dia masuk tim inti untuk laga keesokan harinya melawan Spal, yang sekaligus menjadi debutnya di Serie B.
Tahun 1977, Gianfranco memulai serangkaian peminjaman ke berbagai klub. Dia bergabung dengan Giulianova, Osimana, dan Reggiana sebelum kembali ke Como dan meraih promosi ke Serie A. Kemudian dia menghabiskan setahun di Sampdoria sebelum bergabung dengan Inter tahun 1986. Dia bertemu Giovanni Trapattoni di Milan, yang kemudian menjadi sosok kedua paling berpengaruh dalam karier Gianfranco. Trap melihatnya sebagai gelandang bertahan yang bagus dan memainkannya di sana, memindahkannya dari nomor 10 ke ruang mesin. Playmaker bertubuh kecil berambut keriting ini adalah seorang pemikir cepat dengan kaki gesit, dan kemampuan tekniknya sangat cocok untuk gerakan ke depan Berti dan Mattahus serta permainan menyerang Nerazzurri secara umum. Walaupun demikian, mereka tidak pernah kehilangan bentuk.
Matteoli berperan besar di musim 1988/89 ketika Inter mencetak rekor total angka di Serie A selama era dua poin per kemenangan. Sang gelandang juga mencetak gol saat laga baru berjalan sembilan detik melawan Cesena, yang bertahan sebagai gol tercepat di liga papan atas Italia selama beberapa tahun. Kemudian, setelah memenangkan gelar liga dan Piala Super, dia mendapat panggilan yang sudah dinantinya selama 15 tahun di musim panas 1990. Matteoli yang lebih matang dan sukses siap bergabung dengan Cagliari, tim yang jadi impiannya sejak kecil. Dia bertahan di sana selama empat musim, bahkan sempat menikmati perjalanan luar biasa di Piala UEFA bersama tim Sardinia ini saat mereka berhasil menembus semifinal sebelum dikalahkan oleh Inter yang akhirnya keluar sebagai juara.
Setelah pensiun sebagai pemain, Matteoli mulai bekerja di tim sepak bola muda meskipun kali ini dalam posisi kebalikannya. Dia mengawali sebagai direktur akademi di Cagliari, memprakarsai perubahan yang memungkinkan akademi Sardinia tersebut menghasilkan sejumlah prospek. Kemudian dia kembali bergabung dengan Nerazzurri di musim panas 2016, menjadi pencari bakat dan direktur akademi Inter di kampung halamannya. Dia paling mengerti bahwa anak-anak muda berkemauan paling keras mungkin tersembunyi di tempat-tempat yang kecil.
Alessandro Bai
