MILAN - Guadeloupe adalah surga dunia. Sebuah pulau di Antilles Kecil, di tengah-tengah Laut Karibia, Guadeloupe adalah salah satu tempat Anda bisa melupakan segala filter Instagram dan pasrah pada impian untuk tinggal di tempat lain dan pindah ke sana untuk selamanya.
Tapi tidak semua orang melakukan perjalanan ke arah itu. Selama ini sudah banyak orang melakukan perjalanan dari Guadeloupe ke Prancis untuk mencari pekerjaan. Tapi kami tidak yakin Anda bisa benar-benar melupakan pemandangan memukau di pulau terpencil ini - sungguh, mungkin kenangan tentang surga inilah yang menjadikan orang-orang yang tetap di sana demikian istimewa.
Salah satu orang yang meninggalkan Guadeloupe menuju Prancis adalah tidak lain dari Lilian Thuram - jelas bukan pemain biasa. Orang tua dari legenda Arsenal Thierry Henry dan bintang Lyon saat ini Alexandre Lacazette juga dilahirkan di pulau itu. Meskipun tidak lebih dari satu titik kecil di peta, Guadeloupe tentunya telah memainkan perannya dalam sejarah sepak bola. Sekarang mungkin sebuah bab baru akan segera ditulis.
Lahir di Pointe-a-Pitre tahun 1998, bek Inter Primavera Andreaw Gravillon pindah ke Prancis pada usia sangat muda dan menghabiskan masa kecilnya di Ile-de-France. Langkah awalnya di sepak bola dilakukan di pinggiran Paris, Creteil, tempat anak muda ini akhirnya bergabung dengan klub pertamanya, Garges-les-Gonesse, tepat di sebelah utara ibukota Prancis.
Wilayah Paris sudah sejak dulu merupakan tempat yang subur dengan pesepakbola muda menjanjikan, dan para pencari bakat secara teratur menelusuri kawasan tersebut untuk mencari bintang masa depan. Tentu saja, Anda perlu pencari bakat yang bagus untuk menemukan pemain bagus, dan Pierluigi Casiraghi dari Inter adalah seorang pakar dalam hal menggali permata terpendam dari ibukota Prancis tersebut. Dialah yang menemukan Jonathan Biabiany dari seluk-beluk Paris dan membawanya ke Inter sekitar 13 tahun yang lalu.
Gravillon cukup menarik minat para pencari bakat, dan tak lama kemudian dia kembali pindah, kali ini ke Interello. Rekam jejak Nerazzurri dalam membantu pemain muda betah dan memandu mereka melewati setiap langkah perkembangan mereka sangat penting bagi pemain bertahan muda ini untuk mengambil keputusan, seperti halnya persahabatan dengan produk lainnya dari Ile-de-France: Axel Bakayoko.
Pelatih pertama Gravillon di Inter adalah sesama penutur bahasa Prancis, Benoit Cauet, yang memastikan transisi pemuda ini ke tim Allievi berjalan semulus mungkin. Meskipun ada beberapa orang yang sempat meragukannya, Gravillon langsung membuktikan bahwa di balik sosoknya yang besar ada keinginan kuat untuk meningkat baik secara teknik maupun taktik.
Di musim pertamanya, Gravillon membuat kemajuan besar dengan disiplinnya selama pertandingan - bukan hal kecil bagi seorang pemuda yang baru menyesuaikan diri dengan pendekatan profesional Inter pada sepak bola muda. Salah satu gambaran paling berkesan dari musim pertama tersebut adalah gol akrobatik yang dia ciptakan untuk menghasilkan kemenangan Inter atas tim yang kemudian menjadi juara, Roma. Terlepas dari gol yang spektakuler itu, ini menunjukkan peningkatan pada teknik dan koordinasi Gravillon.
Tak lama kemudian, Stefano Vecchi mulai mempertimbangkan agar Gravillon mendapat kesempatan bersama tim Primavera. Kecepatan, kekuatan, dan pengambilan keputusan yang makin andal dari pemain muda ini langsung membuat Vecchi jatuh hati. Seorang bek kanan dan bek tengah yang kompeten, Gravillon tidak mengalami kesulitan beradaptasi dengan barisan pertahanan tiga pemain yang dipakai Vecchi musim ini.
Tidak ada keraguan bahwa perjalanan panjang masih menanti Andreaw Gravillon, namun kemampuannya untuk menerima nasihat dan menerapkannya dalam praktik tentunya membuat dia jadi salah satu prospek paling menjanjikan di skuat Primavera. Tentu saja, kalau bicara tentang langkah berikutnya ke tim senior, sebagian besar bergantung pada Gravillon sendiri. Kalau dia mampu membayar kepercayaan klubnya, Guadeloupe mungkin akan melahirkan idola sepak bola baru.
Carlo Pizzigoni