MEMORABILIA: "ARMANDO PICCHI MENINGGALKAN KESAN"

Edisi khusus program Inter Channel yang didedikasikan untuk kapten legendaris Grande Inter: "Menjadikannya sweeper adalah ide brilian Herrera"

APPIANO GENTILE – Episode Memorabilia pekan ini didedikasikan untuk Armando Picchi, almarhum, kapten hebat La Grande Inter.

Ikut duduk bersama Alessandro Villa di studio Inter Channel untuk membicarakan karier sang kapten legendaris dan berbagai anekdot dari kehidupannya adalah putera Picchi, Leo.

“Hampir 50 tahun sudah berlalu, tapi orang masih membicarakannya dengan antusias dan mengenangnya dengan manis. Ini berarti dia benar-benar meninggalkan kesan, yang menurut saya adalah hal terpenting bagi setiap manusia. Saya selalu senang bila bisa bicara dengan orang-orang yang pernah mengenalnya, baik di Livorno atau pun di Milan.”

Picchi adalah salah satu sweeper modern di zamannya. “Helenio Herrera mendapat ide untuk memindahkannya dari posisi full-back menjadi sweeper, posisi yang dimainkannya dengan baik sekali berkat kemampuannya membaca permainan dan visinya."

"Herrera dan ayah saya berpendapat bahwa pemain sepak bola harus sangat serius dan profesional meskipun mereka mungkin memiliki pandangan hidup yang berbeda."

“Ayah saya selalu bersedia membantu orang lain. Dia bagaikan seorang tokoh serikat pedagang yang bahkan membantu menegosiasikan kontrak beberapa rekan satu timnya.”

Leo menceritakan sebuah insiden kecil di antara mereka di suatu malam tahun baru.

 “Herrera sudah menyuruh para pemain untuk hanya meminum air mineral dan tidak begadang. Mereka menyalakan TV dan ada laporan langsung dari kasino di Campione d'Italia, dan kamera memperlihatkan sang pelatih di sana. Jadi para pemain memutuskan untuk 'membalas' dengan melepas semua bola lampu di koridor yang menuju kamar Herrera dan meninggalkan beberapa botol kosong di depan pintu kamar tidurnya. Berisik sekali waktu dia kembali, tapi dia sama sekali tidak menyebut-nyebut kejadian itu keesokan harinya.”

Era Grande Inter berakhir di tahun 1967: setelah kalah dari Celtic di final Piala Eropa dan gagal meraih Scudetto di hari terakhir musim, Armando Picchi dijual ke Varese pada musim panas.

“Saya rasa ini merupakan periode paling sedih dalam kariernya. Orang biasanya mengatakan bahwa tim telah mencapai akhir suatu siklus, tapi saya tidak sepenuhnya setuju: tim itu sangat luar biasa, dan mereka bisa saja terus menang sampai beberapa musim lagi.

“Ayah saya menyadari para pemain membutuhkan liburan beberapa hari. Mereka kelelahan secara psikologis ketika mereka datang ke Lisbon dan kalah.”

Setelah gantung sepatu, Pichi kembali ke Livorno sebagai pelatih kepala di pertengahan musim 1969/70, saat klub itu tengah terpuruk di zona degradasi.

“Dia membawa tim menanjak di klasemen dan mereka hampir saja dipromosikan ke Serie A. Setelah itu dia direkomendasikan ke Juventus dan di sana, bersama [Italo] Allodi, dia mulai membangun tim yang sangat mirip dengan tim yang kemudian sukses bersama [Giovanni] Trapattoni. [Roberto] Bettega, [Giuseppe] Furino, dan [Fabio] Capello mengawali karier di saat dia jadi pelatih. Saya kira dia menikmati karier kepelatihan yang sangat sukses.”

Warisan Armando Picchi tetap hidup di kampung halamannya di Livorno, yang stadionnya diganti dengan namanya di tahun 1990 untuk menghormatinya.

“Ini adalah langkah yang bijaksana dari pihak pemerintah kota. Stadion itu bagus sekali, dan dia sempat beberapa kali bermain di sana. Saya mengajak anak-anak saya ke sana – mereka tidak percaya ada stadion yang menyandang nama kakek mereka. Inter Primavera juga meraih Viareggio Cup di sana, dan di sanalah Lothar Matthaus memainkan salah satu laga perdananya di Italia.”

Sementara itu, garis keturunan Picchi berlanjut di Inter.

"Saya sudah berusaha untuk menghormati kenangannya dengan selalu bekerja keras,” ucap Leo, yang bekerja di kantor pers klub. “Sulit menjelaskan bagaimana rasanya. Ini adalah sebuah cara untuk melanjutkan apa yang telah dia lakukan di klub ini. Saya mendapatkan lebih dari sekadar kepuasan dari melakukan pekerjaan yang saya nikmati – ini juga masalah tanggung jawab.”


 English version  Versión Española  Versione Italiana 

Muat lebih banyak