ALFRED DUNCAN, DARI ACCRA KE SASSUOLO MELALUI INTER

Sassuolo vs Inter pada hari Minggu adalah pertemuan klub tempat gelandang asal Ghana memulai kariernya di Italia dan tim yang membuatnya berkembang

MILAN – Joseph Alfred Duncan tumbuh di Ghana dan bersekolah di Aggrey Memorial A.M.E. Zion Senior High School di Cape Coast, atas perintah ayahnya, Thomas. Tak jauh dari sana ada 'Pintu Satu Arah' - pintu gerbang menuju benteng penjara kota ini yang pada zaman kolonial merupakan tempat banyak orang Afrika mengucapkan selamat tinggal kepada Afrika sebelum menyeberangi samudra Atlantik dan menghadapi masa sulit yang disebabkan oleh para pedagang budak dari Benua Lama. Namun bagi seorang siswa muda di tahun 2009, meninggalkan kota ini berarti penemuan pertama kali jalan kehidupannya sendiri.

Alfred menemukan jalan dan lapangannya, bukan di jalanan Accra, tempat ia pertama kali menendang bola ketika masih anak-anak, tetapi di lapangan berumput hijau di Eropa, Italia, Milan. Dan Inter.

Persinggahan pertamanya adalah Pistoia, tempat pemuda berusia 16 tahun ini disambut oleh keluarga angkat, namun kemudian ia bergabung dengan Inter. Karena terganjal masalah birokrasi, ia baru bisa terdaftar dua tahun kemudian, dan akhirnya bergabung dengan Nerazzurri Primavera pada tahun 2011 dan melakukan debutnya di turnamen Viareggio melawan tim Anderlecht dengan Dennis Praet dan Jordan Lukaku.

Beberapa bulan kemudian, ia membuktikan kemampuannya dalam sebuah laga melawan AC Milan, masuk dari bangku cadangan dan memainkan peran penting mengembalikan Inter ke dalam permainan sebelum Nerazzurri menghadapi adu penalti. Meski begitu, tak lama lagi sukses akan diraihnya.

Di musim berikutnya, di bawah asuhan Andrea Stramaccioni, Duncan membantu Nerazzurri U19 memenangkan gelar liga dan berperan penting dalam kemenangan NextGen Series mereka.

Setelah melakukan debutnya untuk tim utama, kemudian ia menjadi anggota tim Ghana dan berhasil selesai di posisi ketiga dalam Piala Dunia U20.

Ia terus mengembangkan dirinya di Inter, namun ia tahu bahwa pengalaman adalah yang terpenting, jadi ia kembali ke Tuscany, bergabung dengan Livorno dengan status pinjaman. Di sana ia memainkan perannya dalam promosi mereka ke Serie A, sebelum menjalani karier yang gemilang di Sampdoria dan akhirnya pindah ke Sassuolo pada tahun 2015.

Sekarang pemain muda ini telah berkembang: lebih disiplin secara taktis, memiliki kaki kiri yang eksplosif dan cakap di kedua ujung lapangan.

Petualangan Eropanya bersama Sassuolo berlangsung singkat karena cedera - yang berarti ia tidak akan terlibat dalam laga melawan Inter pada hari Minggu - namun ia masih menyimpan mimpinya bersama Ghana, tempat ia menjadi bagian tim senior.


 English version  Versione Italiana 

Muat lebih banyak