BARESI MENCERITAKAN KENANGAN DI SAN SIRO

Mantan bek Nerazzurri mengenang kariernya dalam kostum hitam biru, dari Scudetto pertama hingga Trapattoni, Piala UEFA, dan treble bersama Mourinho

MILAN - Beppe Baresi adalah bintang Nerazzurri tempo dulu yang akan tampil di acara Memorabilia di Inter Channel, lewat wawancara yang akan disiarkan minggu Malam.

Baresi menghabiskan sebagian besar kariernya di Inter, sementara saudaranya, Franco, bermain untuk AC Milan.

"Saya memang merasakan nostalgia karena saya menghabiskan waktu demikian lama di Inter sebagai pemain dan kemudian sebagai pelatih. Saya dan saudara saya punya banyak kesamaan, seperti stadion dan kota, tapi bukan kostum yang dibela! Saya ingat momen yang selalu emosional saat saling bertukar panji sebelum laga. Ketika kami bermain saling berhadapan, kami bukan saudara lagi – kami berdua ingin melakukan yang terbaik untuk tim masing-masing."

Anda mengenakan kostum Inter  melintasi masa 15 tahun, dari 1977 sampai 1992...

"Ketika saya baru bergabung, ada banyak pemain Italia, dan lebih mudah bagi pemain muda untuk menembus tim inti. Di tim Inter pertama tempat saya bermain, bersama pemain seperti Oriali, Muraro, Marini, Bordon, dan pemain-pemain hebat lainnya, lebih mudah untuk menonjol. Mereka semua berasal dari akademi muda, dan mereka membantu saya berbaur dengan tim."

Anda memenangkan Scudetto petama pada musim 1979/80, saat Inter memimpin liga sepanjang musim.

"Kami menikmati musim luar biasa saat itu dan bisa tampil bangga di hadapan semua orang. Kami punya sejumlah pemain luar biasa, pertahanan yang sangat kokoh, dan dua penyerang di depan – Altobelli dan Muraro – yang selalu bisa mengantarkan Anda menuju kemenangan. Kami juga tampil bagus di Piala Eropa, baru kalah setelah ditundukkan Real Madrid setelah dua putaran laga seru."

Tahun 1991 kembali sukses di Piala UEFA dengan tim besar lainnya.

"Saya ingat beberapa pertandingan menegangkan dalam kompetisi itu. Kami mengalahkan Roma di final, tapi saya tidak bisa bermain di putaran kedua karena patah tulang selangka. Tim kami dibangun dengan baik sekali, dan kami benar-benar tidak bisa dihentikan. Tiga pemain asing kami, Diaz, Brehme, dan Matthaus, adalah pemain-pemain kelas dunia dan mampu membuat perubahan."

Bagaimana perubahan akademi selama masa Anda di klub?

"Kita bicara tentang dua generasi yang sama sekali berbeda. Anak-anak zaman sekarang kurang serius – seringkali mereka masuk akademi dengan keyakinan bahwa mereka pasti akan sukses. Anda perlu mentalitas yang tepat kalau mau mengambil langkah besar dari akademi muda ke tim inti. Saya rasa Matthaus adalah pemain yang paling berkemauan keras yang pernah saya lihat – sungguh menginspirasi di lapangan."

Bagaimana anda membandingkan Mourinho dengan Trapattoni, dua pelatih hebat di masa lalu Inter?

"Mereka juga berasal dari generasi yang berbeda, tapi ada beberapa kesamaan. Trapattoni sangat bagus dalam mengelola tim dan membantu Anda menampilkan kemampuan terbaik Anda. Jose juga punya mental tangguh dan sangat cerdas. Sejak hari pertama saya bertemu dengannya, tujuannya adalah untuk mencapai prestasi tinggi. Dia mampu membuat semua orang waspada, termasuk mereka yang berada di luar tim. Dua pemain pertama yang dia tegur keras di laga pertama adalah Zanetti dan Ibrahimovic – dia memberi semua orang perlakuan yang sama."

Anda bekerja sebagai asisten Mourinho selama dua tahun dan memenangkan Liga Champions tahun 2010...

"Dua musim itu akan selalu menjadi catatan prestasi saya yang paling berkesan. Tahun kami menjuarai treble juga prestasi yang luar biasa dan tak terlupakan. Jose sangat mahir membaca permainan: dia selalu melakukan pergantian pemain dengan tepat dan mengantisipasi langkah tim lawan. Tim mengalami revolusi antara tahun pertama dan kedua – tim jadi sangat berbeda dengan kehadiran Ibrahimovic. Laga-laga kunci pada musim treble tersebut adalah derby pertama yang kami menangkan 4-0 dan putaran kedua melawan Chelsea, ketika kami menang 1-0 di Stamford Bridge."

Apa komentar Anda tentang Mario Balotelli?

"Awalnya dia adalah pemuda yang rendah hati, kemudian dia hanyut oleh ketenaran. Saya rasa semua omongan tentang dia mungkin membuat dunianya terbalik dan dia teralih dari tujuan utamanya, yaitu bermain sepak bola.

Anda sendiri bermain untuk Italia...

"Saya bermain di Euro tahun 1980, Mundialito di Uruguay tahun 1981, dan Piala Dunia tahun 1982 dan 1986."

Apa saja kenangan yang Anda rasakan lewat wawancara di San Siro ini?

"Debut saya, tentunya. Saya masih muda, dan saat itu adalah momen yang sangat emosional. Saya sudah sangat sering main di sini. Saya akan selalu mencintai stadion ini."


 English version  Versione Italiana 

Muat lebih banyak