MAZZOLA: "INTER TETAP JADI BAGIAN DIRI ANDA"

Legenda Nerazzurri jadi bintang pada episode Memorabilia pekan ini: "Gol pertama saya ke gawang Juventus terasa luar biasa"

MILAN – Perhatian tertuju pada Sandro Mazzola pada episode ketiga Memorabilia yang disiarkan langsung tadi malam di Inter Channel.

Berikut ini kutipan dari beberapa wawancara dengan salah satu bintang paling bersinar dalam sejarah Nerazzurri, diawali dengan kenangan paling awal dia bermain sepak bola. 

"Saya datang ke ruang doa di San Lorenzo untuk bermain dengan Adriano Celentano," kenang Mazzola. "Saya lebih muda daripada dia, dan kami senang bermain bersama."

Kemudian dia melanjutkan cerita tentang awal hubungannya dengan Nerazzurri. 

"Inter pertama kali melihat saya uji coba dengan klub lain. Awalnya sulit, saya tidak mengerti apa artinya bermain sebagai No. 8, yang masa itu berarti posisi penyerang. Saya ingin bermain di posisi yang sama dengan ayah saya, tapi pelatih saat itu Helenio Herrera lebih suka memainkan saya mendampingi penyerang tengah."

Sandro menjalani debut penuh kesan tanggal 10 Juni 1961 saat dia mencetak gol melawan rival utama, Juventus. 

"Inter siap menghadapi Juventus dalam laga penentu siapa yang akan meraih gelar yang ternyata harus dimainkan ulang. Sebagai protes, Nerazzurri memutuskan untuk menurunkan tim muda mereka. Sepulang dari sekolah, saya harus pergi dan bermain melawan Juventus! Kami diberi hadiah penalti, dan saya maju untuk mencetak gol pertama saya di Serie A.

"Alfredo Di Stefano adalah idola saya," Mazzola melanjutkan. "Saya bertemu dengannya di final Piala Eropa di Wina, dan saat itu rasanya seperti bertemu dewa sepak bola. Luis Suarez menertawakan saya karena saya berdiri mematung dengan mulut menganga. Dia mengatakan: 'Kita akan bermain di final; apa yang ingin kau lakukan, tetap di sini dan menatap Alfredo?' Setelah pertandingan itu, Ferenc Puskas menyerahkan bajunya kepada saya sambil mengatakan bahwa saya telah menghormati ayah saya. Itu merupakan baju terpenting dalam koleksi saya, meskipun sebenarnya saya menginginkan baju Di Stefano! Saya mencetak dua gol ke gawang Real Madrid, rasanya luar biasa."

Mazolla juga mengenang pengaruh manajer Inter yang sarat kemenangan saat semifinal Piala Eropa melawan Liverpool tahun 1964/65.

"Herrera menggembleng kami dengan sangat keras menjelang laga kedua sehingga kami yakin bisa membalikkan keadaan. Dia menyiapkan video untuk masing-masing kami yang menyoroti kelemahan para pemain lawan. Dia jenius, betul-betul luar biasa."

Kemudian tentang laga final di San Siro: "Saat itu hujan deras dan kami sangat gugup. Kami tidak bermain bagus dan menang berkat tendangan Jair yang sebenarnya mudah diselamatkan. Memenangkan Piala Eropa di kandang sendiri merupakan hal terbaik bagi kami. Ini juga momen sangat membahagiakan bagi Herrera."

Sosok besar lainnya dari tim Grande Inter adalah Armando Picchi, yang dikenang manis oleh Mazzola. 

"Picchi bukan sekadar kapten yang dipilih oleh klub, tapi dia juga pemimpin yang dipilih oleh skuat," ujarnya saat mengenang sang legenda Nerazzurri. "Dia mewakili kami sebaik mungkin, dia selalu tiba paling dulu dan membela yang lemah. Waktu itu saja Anda sudah bisa melihat dia akan menjadi pelatih fantastis, dia sudah seperti pelatih di lapangan."

Tahun 1970/71, Inter mengganti pelatih di tengah musim, dan Giovanni Invernizzi diberi tugas tersebut dan mengakhiri musim perdananya dengan gelar Scudetto. 

"Di awal musim, semua penuh semangat. Heriberto Herrera adalah pelatih hebat, tapi sulit menyampaikan gagasan sehingga skuat mengalami kesulitan menerapkannya di lapangan. Invernizzi memberi kepercayaan pada pemain yang lebih tua, melibatkan pemain yang tadinya terabaikan. Dalam perjalanan ke Roma, kami mempelajari jadwal pertandingan, kemudian mendatangi Ivanhoe Fraizzoli dan memberitahu dia kami akan memenangkan gelar."

Mazzola juga ingat bagaimana masa itu Dervy della Madonnina jauh lebih terasa. 

"Gianni Rivera punya satu kelemahan besar, kecintaannya pada seragam, namun dia tau bagaimana mengoper bola ke Anda - di saat yang tepat dan dengan bobot yang sempurna! Namun demikian, ada persaingan tajam antara kedua kelompok fans saat itu, jadi sebagai pemain kami hanya bisa bertemu ketika tidak ada yang melihat.

"Di masa itu, Belanda memainkan gaya sepak bola yang lebih unggul daripada kami, dengan pemain sayap yang terus menerus menekan dan seorang Johan Cruyff yang menciptakan keajaiban. Berada di tempat kedua saat itu bahkan terasa menggembirakan.

Di penghujung kariernya, Mazzola mulai menjadi direktur sepak bola: "Saya tidak menyangka akan bisa menggaet Ronaldo karena klausul pembeliannya gila. Tapi, begitu kami mencapai kesepakatan pribadi dengannya, semua jadi mungkin. Dia anak yang hebat, barangkali terlalu baik - dia berhati emas.

"Inter memberi saya kesempatan, dan ini adalah sesuatu yang tidak dapat Anda nilai dengan uang," tutup Mazzola. "Mereka memberi saya peluang untuk menjadi orang sukses setelah ayah saya meninggal. Inter adalah sesuatu yang tetap jadi bagian diri Anda."

 


 English version  Versione Italiana 

Muat lebih banyak