MILAN – Inter Legends kembali hadir di Inter Channel dengan sebuah episode yang didedikasikan untuk Walter "The Wall" Samuel yang mengisahkan perjalanan mulai dari tiba di Milan sampai kejayaan di Madrid.
"Giacinto Facchetti di sana menyambut kami dan saya yakin diriku dekat dengannya selama presentasi. Itu sebuah kehormatan karena dia meninggalkan jejak besar di sejarah Inter."
Pertandingan kompetitif pertama Samuel bersama Inter terjadi dalam partai kandang Piala Super Italia menghadapi Juventus, sedangkan dia memainkan partai debutnya di liga melawan Chievo Verona dan mencetak gol penentu: "Luis Figo, yang bergabung di waktu yang sama denganku, mengirimkan crossing brilian kepadaku. Itu bagus, saya sebelumnya tak pernah membuat awal yang lebih baik."
Berhubung karena cedera dan Marco Materazzi lagi dalam performa luar biasa, Samuel tak bermain cukup sering selama musim 2006/07 – kali pertama dia menghabiskan waktu di tepi lapangan dalam karirnya: "Bahkan ketika saya di Real Madrid dan menerima kritikan, saya selalu diturunkan. Saya tahu Marco lagi dalam performa fantastis, tapi itu tak mudah bagiku. Saya mulai berpikir lebih banyak mengenai tim daripada diriku sendiri, saya selalu mau membantu dan pengalaman sangat membantu."
Walau waktu bermain terbatas, sebetulnya itu musim paling tajam Walter sebagai pencetak gol: "Itu bukan tugasku menorehkan gol, tapi saya mendapat sedikit peluang dan memperoleh keberuntungan. Saya terganggu dengan sedikitnya waktu bermain, tapi saya muda dan di saat tumbuh saya sadar betapa pentingnya periode tersebut."
Musim 2007/08 diawali dengan catatan baik, baik bagi Samuel maupun Inter sebagai klub, namun dalam Derby della Madonnina beberapa hari sebelum Natal, dia dibekap cedera ligamen: "Saya tahu hal buruk sedang terjadi, tapi saya berusaha sampai saya tak bisa berlari lagi. Itu sulit, namun saya tak memikirkan itu selama beberapa hari. Saya hanya kecewa tidak bisa terlibat. Saya sering datang ke stadion dan menonton rekan-rekan setimku tanpa bisa membantu di sana."
Musim panas 2008, Roberto Mancini pergi dan digantikan oleh Jose Mourinho, yang bersamaan dengan kembalinya Walter bermain: "Saya tak mengira itu awalnya, bahkan meski saya dipasang dalam beberapa partai persahabatan. Biasanya saya tenang sebelum pertandingan, tapi pada malam sebelum bertanding melawan Udinese, jujur saya susah tidur. Meski demikian, sesaat sebelum laga dimulai, saya cuma memikirkan permainan. Tak dinyana, cedera mungkin memperpanjang karirku."
"Kami bermain baik sekali selama periode itu, bahkan ketika kami bermain tandang tim lawan memberi rasa hormat kepada kami. Itu sangat memuaskan."
Lalu, kami memasuki musim treble-winners. Di fase grup Liga Champions, Samuel mencetak gol penting ke gawang Dynamo Kyiv di San Siro: "Itu benar, namun Liga Champions selalu sulit. Kami juga bertemu Barcelona di grup itu, saat mereka mungkin tim terbaik di dunia."
Sebelum fase gugur kompetisi elit antar klub Eropa, ada pertandingan penting menghadapi Siena. Dalam momen-momen genting, skor sama kuat 3-3 dan Inter punya barisan depan yang tajam dengan Marko Arnautovic, Alen Stevanovic, Wesley Sneijder, Goran Pandev, Diego Milito dan tentu si bek Argentina: "Saya beruntung mendapati diriku sendiri ada di momen itu. Hanya berpikir ketika Wes menyamakan kedudukan, saya mau kembali ke pertahanan! Selebrasi lepas baju itu bagus, itu tetap ada di kenangan banyak orang. Itu terjadi spontan."
Kembali ke Eropa dan Inter menemui prospek 16 Besar kontra Chelsea yang mengandalkan striker Didier Drogba: "Kami tahu bahwa kami tak boleh memberi dia ruang satu inchi. Ia buas, pemain yang punya banyak kekuatan dan bisa mencetak gol dari manapun. Lucio juga bermain sangat bagus dalam laga tersebut."
Berikutnya di kompetisi yang sama, ada semifinal terkenal melawan Barcelona yang diperkuat oleh Zlatan Ibrahimovic: "Ia pun pernah menjadi pemain besar bagi kami di Inter. Tak mudah menahan tekanan dan bermain begitu lama dengan sepuluh orang selama leg kedua. Target setiap orang adalah lolos ke Madrid."
Inter harus menanti selama 45 tahun untuk kesempatan lainnya mengangkat trofi. Tim bersiap dengan tenang dan hampir yakin mereka bisa menang: "Kami mempersiapkan diri dengan baik bersama pelatih. Saat kami melangkah masuk lapangan, itu pengalaman spesial. Pada momen itu, setiap orang tahun apa yang mereka harus lakukan, bahkan meski kami melewati beberapa momen sulit selama pertandingan."
Bahkan setelah banyaknya kemenangan besar tersebut, Samuel masih menemukan sejumlah kepuasan pribadi seperti kemenangan derby kesepuluh dirinya di ajang Serie A kontra AC Milan, bahkan mencetak satu gol dalam laga tersebut: "Saya tidak tahu sampai saya membacanya di koran. Mencetak gol dalam derby itu pengalaman luar biasa. Itu tidak pernah terjadi kepadaku sebelum bersama Inter."