MILAN – Giuliano Sarti menjadi tamu di Memorabilia pekan ini, yang ditayangkan di Inter Channel pada Senin malam pukul 21:00 CEST.
Mantan pemain nomor punggung 1 Nerazzurri, angota dari tim Grande Inter yang amat sukses di era 1960-an, merupakan penjaga gawang revolusioner: "Ketika saya tiba, Burgnich, Facchetti, Picchi dan Guarnieri sudah ada di tim. Pertahanan sudah komplit; kami hanya perlu menemukan cara untuk saling mengerti, terutama karena saya bukan tipe pemain yang berteriak sepanjang waktu, tapi hanya memberi sugesti apa yang seharusnya dilakukan. Kiper seringkali keluar dari gawang mereka dalam beberapa tahun kala itu. Kembali ke tahun 1954, saya memulai bermain seperti permainan yang dimainkan hari ini, menambah dimensi baru ke peran kiper."
Meski 'hanya' menjadi garis terakhir dari pertahanan, Sarti mulai menginisiasi serangan. Bahkan jika itu sering mengambil resiko: "Resiko dagang… pada 1956 Lo Buono dari Lazio mencetak gol ke gawangku dari jarak sekitar 48 meter karena saya keluar dari gawangku seperti biasa, tapi saya memang kurang berkonsentrasi."
Tampak aneh mengatakan bahwa dia merupakan salah satu penjaga gawang Italia terhebat sepanjang masa - seorang pria yang memenangkan tiga gelar Scudetto, satu Piala Italia, dua Piala Intercontinental dan satu Piala Winners, sosok yang pernah berseragam Inter dan Fiorentina - tapi percobaan pertamanya tak berjalan dengan baik.
"Saya pernah trial pertama di Torino, yang bermain di Stadio Filadelfia. Saya punya sistem permainan dimana saya mengatur rekan-rekan setim sehingga tim lawan punya sedikit tembakan ke gawang. Meski begitu, itu berarti saya tak terlibat banyak dan kemudian presiden bilang kepadaku: 'Saya tak tahu bagaimana Anda bermain, saya mau sekali melihat Anda melakukan penyelamatan.'"
Pada saat saya bergabung dengan Inter, Giuliano betah di Milan, tapi berlatih di La Pinetina, Appiano Gentile, seperti yang tim kta lakukan sekarang. "Kami sedikit terisolasi, tapi fans sungguh dekat dengan Anda di stadion. Dukungan mereka benar-benar membuat senang bermain di San Siro – itu sungguh mengangkat moral Anda. Saya sudah menghabiskan waktu selama lima tahun dalam lingkungan yang sangat tenang, baik dalam hal fans maupun klub itu sendiri."
Mustahil tak membicarakan line-up yang setiap penggemar Inter mengingatnya dalam hati: "Itu merupakan tim yang penuh hati-hati bergandeng tangan mengembangkan gaya permainan yang spesifik. Kami sangat teratur dengan baik, dengan Facchetti dan Corso yang cukup menakjubkan. Bagi kami yang main bersama, itu momen bersama luar biasa di lapangan: kami semua bermain satu sama lain demi meraih hasil."
Sarti menggambarkan Helenio Herrera dari seorang yang tak dikenal menjadi yang paling dikenal, tentu bagi mereka yang hanya tahu dia cuma sebagai pelatih, dan bukan dari lapangan: "Ada dua karakter yang sangat berbeda. Saat saya masuk ruang ganti, saya berpikir tentang pertandingan minimal dua jam sebelumnya. Saya amat kritis – termasuk ke diri sendiri. Dalam latihan, ada iklim yang berbeda. Herrera itu pelatih brilian. Untuk betul-betul memahami pemain, Anda harus menariknya dari lapangan sepakbola. Ia bermuka masam di lapangan karena dia tahu dirinya tak dicintai, tapi ia pemimpin yang nyata."
Tentang rekan-rekan setimnya dari tim Grande Inter, Giuliano mengingat waktu dia bersama dengan Armando Picchi yang sangat dekat: "Dia itu sosok hebat, selalu siap. Seringkali kami berbeda pendapat, namun saat musim selesai, kami pergi liburan bersama."
Sarti kemudian mengulas beberapa momen penting dalam karirnya di Nerazzurri.
"Saya tak pernah punya seragam apapun dari hari-hari bermain. Saya selalu ingin menjaga kenanganku di dalam diriku dan tidak digantung di dinding."
"Saya tenang sekali di semua final yang kami pernah mainkan, termasuk kemenangan 3-1 menakjubkan atas Real Madrid. Itu perasaan luar biasa. Kami adalah keluarga – pemain, pelatih dan maanjemen – dan itu memberi kami kesenangan luar biasa karena kami pantas menjuarai European Cup (Piala Champions Eropa) pertama."