INTER CAMPUS DI KANTOR PBB

Hasil konferensi Sport, Children and Development, yang dihadiri oleh Inter Campus sebagai contoh praktek terbaik

NEW YORK – Jutaan anak-anak muda di seluruh dunia berpartisipasi dalam aktivitas olahraga setiap hari. Olahraga punya kekuatan untuk mendidik dan memberdayakan mereka, terutama mereka yang menghadapi masalah sehari-hari. Olahraga dapat membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan hidup dasar, meningkatkan taraf kesehatan mereka dan mempromosikan kehadiran sekolah.

Olahraga juga punya dampat lebih luas dalam memberi manfaat pada komunitas dengan mendidik anak-anak untuk mengatasi konflik dan melahirkan hubungan penuh perdamaian. Lebih dari itu, bermain olahraga dapat membantu bimbingan anak-anak dan komunitas dari bahaya perang, ketidakstabilan atau bencana alam.

Tema ini hanya salah satu dari sekian banyak tema yang dibahas kemarin di konferensi Olahraga, Anak-anak dan Pengembangan, yang diadakan di Majelis Dewan Perwakilan PBB di New York. Inter Campus, yang diajak ikut serta tampil sebagai contoh praktek terbaik di lapangan, hadir dalam acara tersebut diwakili oleh Massimo Moratti dan Javier Zanetti.

Perwakilan Permanen Italia untuk PBB menjadi salah satu kekuatan nyata di balik konferensi, mengadakan event yang bekerjasama dengan Perwakilan Jamaika sebagai kepemimpinan Italia di Dewan Uni Eropa. 2014 juga menandai 25 tahun adopsi Konvensi PBB tentang Hak Anak.

Duta Besar Italia dan Duta Besar Jamaika mendapat kesempatan untuk membuka acara. Dimulai dengan mengulas hak-hak di dalam Konvensi, Duta Besar Italia Sebastiano Cardi berbicara soal pentingnya akses tempat tinggal, istirahat dan waktu bebas, yang mana semua itu penting demi pengembangan kesehatan anak-anak muda dengan bantuan komunitas. Setelah paparan rinci mengenai nilai-nilai olahraga, Cardi menekankan betapa pentingnya event untuk mempromosikan pengembangan yang berlanjut, demi mewujudkan Agenda Pengembangan Pasca-2015, yang mana akan jadi poin referensi dalam perwujudan Millennium Development Goals sampai 2030.

Duta Besar Jamaika, Courtenay Rattray, menjelaskan bagaimana kebijakan pemerintahan bertujuan untuk memperkenalkan partisipasi kalangan muda dalam aktivitas olahraga dan "budaya kemungkinan" negara agar bisa mencapai hasil yang menarik seperti pada para atlet Jamaika.

Perwakilan Save the Children untuk Institusi Internasional, Francesco Aureli, tampil sebagai moderator sesi pertama konferensi, memberi kata sambutan pada Marta Santos Pais, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Masalah Kekerasan melawan Anak-anak.

Santos Pais berbicara tentang keyakinannya bahwa olahraga dapat membawa kenangan positif yang menemani kita dari masa kecil. Memori ini membentuk tipe aturan, nilai-nilai, rasa kesetaraan yang menjadi dasar komunitas demokratis. Dimana bencana alam, kemiskinan dan ketidakamanan sosial telah jadi karakteristik kehidupan sehari-hari, olahraga merupakan salah satu cara terbaik memperkenalkan rasa normalitas pada kehidupan anak-anak.

Santos Pais kemudian membahas resiko eksploitasi dan kekerasan melawan orang-orang terpinggirkan, sesuatu yang juga hadir dalam olahraga. Hal ini termasuk latihan yang mengeksploitasi buruh anak, diet yang membuat ketidakteraturan dalam makanan dan tingkat kompetisi yang bisa memberi efek luka pada kehidupan psikologis. Pada akhirnya, konsekuensi ini bisa memberi efek negatif pada cara anak-anak muda memandang dunia. Dia antara solusi untuk mengurangi resiko ini dan membuat anak-anak mewujudkan impian mereka adalah melahirkan legislasi spesifik melawan kekerasan, investasi atau sumber daya untuk pengembangan profesional para pelatih dan instruktur, serta partisipasi dari tokoh-tokoh olahraga terkenal.

Kepala Seksi Perlindungan Anak UNICEF, Susan Bissell, menyampaikan kata sambutan dengan menggarisbawahi bagaimana menarik perhatian anak-anak muda untuk berolahraga sehingga olahraga jadi alat efektif untuk solusi permasalahan sosial. Olahraga dapat mengurangi angka kematian dan membantu anak-anak mendapatkan kembali ruang sosial di kamp pengungsi, misalnya. Bissell sepakat dengan yang dinyatakan Santos Pais pada kata sambutan sebelumnya, yang menyatakan bahwa anak-anak muda itu adalah anak-anak yang pertama dan para atlet yang kedua.

Yoka Brandt, Deputi Direktur Eksekutif UNICEF, naik ke atas panggung untuk membuka bagian kedua konferensi. Brandt memperkenalkan topik disabilitas dalam olahraga, khususnya mengenai pentingnya anak-anak untuk bermain bersama walau dari kelompok-kelompok sosial yang beragam.

Berikutnya, sahabat luar biasa dari Inter Campus, Wilfried Lemke, Penasehat Khusus Sekjen PBB tentang Olahraga untuk Pengembangan dan Perdamaian. Lemke menyatakan keyakinannya bahwa ada kebutuhan untuk investasi di semua level pendidikan, yang bertenaga, sebagai alat penting untuk menjamin pengembangan. Lemke juga mengakui pentingnya kerjasama antara Inter Campus dan agensi PBB, mengingatkan audiens bahwa program pelatihan berikutnya dari organisasi Nerazzurri untuk para instruktur lokal bakal digelar di Bogota pada tahun 2015.

Amina Mohammed, Penasehat Khusus Sekjen PBB Ban Ki-moon tentang Post-2015 Development Planning, menyampaikan pidato pada akhir bagian kedua konferensi. Kata sambutan Mohammed membahas prinsip dasar yang menyebutkan bahwa semua anak-anak punya hak untuk menikmati masa kecil, dan bahwa ketika hak itu dihapus, proses untuk mengklaim hak itu lagi jadi lebih penting. Mungkin olahraga seringkali tidak dipertimbangkan sebagai bagian mendasar dari pembahasan masalah ini, maka Mohammed mengatakan keyakinannya bahwa olahraga adalah fakta dari bagian intrinsik topik tersebut.

Post-2015 Development Agenda bertujuan untuk memberi rangsangan terbarukan pada sasaran yang ada, menangani masalah-masalah seperti pertimbangan agama untuk menyetop anak-anak ikut main olahraga, atau ketika anak-anak disabilitas tidak boleh ikut aktivitas olahraga. Mohammed mengungkapkan, pemerinta harus memberi perhatian besar pada olahraga, agar kehidupan anak-anak muda terpenuhi dan menyumbang kesehatan fisik dan mental mereka.

Dengan cara menilai kembali pencapaian yang sudah dibuat dalam memperkenalkan hak anak-anak bermain olahraga, tiba saatnya bagi Yoka Brandt untuk memperkenalkan Inter Campus, yang mana pada konferensi tersebut jadi contoh praktek terbaik.

Para hadirin menonton film pendek yang menceritakan aktivitas Inter Campus di sejumlah lokasi, diliputi keramaian anak-anak yang tersenyum dengan jersey Nerazzurri. Film ini disertai beberapa kata penuh semangat dari Massimo Moratti tentang bagaimana proyek Inter Campus tumbuh hampir secara spontan, sebuah cara untuk menanggapi kebutuhan anak-anak muda di seluruh dunia.

Inter Campus membuat area aman bagi anak-anak di dalam dan di luar keluarga mereka. Lewat jersey Nerazzurri, Inter Campus membuat kondisi penuh rasa hormat bagi anak-anak muda, mulai dari rumah mereka sendiri, dimana episode kekerasan umum terjadi.

Dengan mengucapkan terimakasih kepada Dubes Cardi dan hadirin lainnya atas sambutan dan dukungan yang berlanjut pada Inter Campus, Moratti berbagi kenangannya tentang bagaimana inisiatif program itu lahir: "Ini rasa hormat luar biasa yang memimpin kami untuk membuat proyek yang menjangkau luas untuk perlindungan anak-anak muda."

Javier Zanetti mengambil kesimpulan konferensi dengan refleksi pribasi. Sebagai bagian dari keluarga Inter selama 20 tahun, Zanetti telah mengikuti perjalanan Inter Campus dari saat paling awal. Wakil presiden Nerazzurri berbicara soal bagaimana inisiatif program membantu anak-anak muda tumbuh sebagai manusia seutuhnya, memberikan alternatif pada mereka untuk menghadapi kekerasan dan rasa penuh harap untuk masa depan.

Visita il sito intercampus.inter.it


 English version  Versión Española  Versione Italiana 

tags: inter campus
Muat lebih banyak